Selasa, 15 April 2014

4 HARI BERSAMA GURU KECILKU BERNAMA GANGGA



*Latarbelakang foto Ayah Edy bersama mas Gangga dalam program observasi menemukan potensi unggul anak, menerapkan terapi KASIH SAYANG terekam dalam gambar*

(Sebuah renungan terbaik untuk para orang tua dan guru di Indonesia)
Pertama kali aku berjumpa dengan guru kecilku ini, ketika aku sedang memberikan parenting di Kuta, Bali. Kedua orang tuanya bercerita bahwa katanya ia dinyatakan sebagai anak bermasalah, mulai dari delay speech, Asperger, dll.

Selama satu jam lebih melalui cerita orang tuanya, aku mendengarkan guru kecilku sedang dihakimi oleh sebuah sistem yang tidak memahami bahwa setiap anak itu unik dan bahkan sangat unik dan tidak bisa di bandingkan antara satu anak dengan anak lainnya.

Aku bisa membayangkan betapa pedih hati orang tuanya mendapati kenyataan ini, berhadapan dengan sebuah sistem yang menghakimi seorang anak tanpa bisa berbuat apa-apa dan memberikan solusi. Berapa banyak lagi anak-anak Indonesia yang harus mengalami pengalaman pahit ini?

Hati kecilkupun rasanya ikut menangis mendengar semua penuturan orang tuanya, betapa mudahnya kita membuat label-label bagi seorang anak, padahal setiap anak diciptakan oleh Yang Maha Sempurna dengan segala keunikan yang dimiliki masing-masing. Saya yakin Yang Maha Sempurna jika menciptakan sesuatu pasti hasilnya juga akan Sempurna.

Saya selalu berpikir apakah bukan kita yang naif dengan segala ego kita, menganggap kita sudah cukup sempurna dan pantas untuk membuat penilaian pada seorang anak yang telah di ciptakan oleh Yang Maha Sempurna ini.
Sebenarnya ini bukanlah kali pertama aku bertemu dengan anak dan orang tua yang katanya anaknya dinyatakan "autis" dan berbagai masalah lainnya. Hal ini sudah terjadi sejak lebih dari 8 tahun yang lalu. Dan ternyata ciri-ciri mereka selalu mirip dan banyak kesamaan satu sama lainnya.

Tapi selama lebih dari 8 tahun kami menemukan aduan yang seperti ini, ternyata selalu saja kami temukan bahwa anak-anak ini bukanlah Delay Speech, Diskonsentrasi/Konsentrasi rentang pendek, Learning Disability, Aspherger, apalagi Autis. Mereka sesungguhnya adalah anak-anak normal seperti anak lainnya dengan otak kanan yang lebih dominan dan berkombinasi dengan kekuatan belajar visual-kinestetik.
Banyak di antara anak-anak yang datang kepada kami ini yang sudah sempat menjalani terapi Autis atau Mendapat obat2 penenang tapi tidak banyak mengalami kemajuan melainkan hanya semakin membuat stress anak maupun orang tuanya.

Menurut kami, dari kejadian demi kejadian yg kami alami ini rupanya Tuhan ingin menunjukkan bahwa kita semua harus lebih banyak belajar dan bukannya lebih banyak “me-lebeli anak”, karena selama lebih dari 8 tahun kami belajar mengelola mereka ternyata anak-anak yang di lebeli semacam ini cenderung berkembang menjadi anak yang "Jenius" di satu bidang tertentu secara spesifik, tanpa perlu menggunakan Terapi Autis atau obat-obatan penenang, melainkan hanya menggunakan terapi “kasih sayang”. (Bagaimana terapi ini dilakukan kita semua bisa melihat dalam gambar terlampir)

Meskipun demikian selalu ada saja orang yang tidak percaya dan malah menuduh kami hanya sekedar menghibur dan menyenangkan hati orang tuanya, tapi lucunya orang-orang yang menuduh ini malah sama sekali tidak melakukan apa-apa atau bahkan sama sekali tidak memiliki pengalaman langsung terjun menangani anak-anak yang dibilang bermasalah 'Autis" padahal sama sekali bukan Autis melainkan hanya Right Brain Dominant Child with Visual Learning Style.

Ada beberapa anak yang dulunya di cap seperti ini dan sekarang sudah menjadi anak yang "Menakjubkan" dengan segala kehebatannya. Mudah2an jika kebetulan saja ada orang tuanya yang sedang membaca tulisan ini, kiranya mau untuk memberikan testimoni disini, agar ada lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang terselamatkan dari bencana ini.

Namun demikian kami tidak menyangkal bahwa ada 2-3 rata-rata dari 10 anak yang datang kepada kami memang benar-benar Autis (autis sesuai definisi yang kami pahami dari buku yang di tulis oleh Karyn Seroussi. )

Tapi 7-8 dari mereka rata-rata adalah anak dengan Right Brain Dominant, dan hanya memerlukan sebuah Program Observasi dan Terapi KASIH SAYANG. Sementara untuk anak-anak yang benar2 Autis kami memang tidak bisa terlalu banyak membantu.

Dan kembali lagi untuk membuktikan semua penjelasan ini, kamipun bersepakat untuk membuat sebuah program observasi di tempat mereka berdomisili. Dan kali ini sy sendiri memutuskan untuk terjun langsung melakukannya dan membuktikannya melalui teknik-teknik yang kami sebut terapi KASIH SAYANG.
Agar ada bukti-bukti otentik dan bisa kita pelajari bersama, maka sayapun meminta agar program ini didokumentasikan secara penuh mulai dari awal hingga akhir.

Selama 4 hari kami melakukan ini, dan hasilnya sungguh luar biasa, melalui observasi justru sayalah yang telah belajar banyak tentang :
1. Arti Ke-otentikan seorang anak (hidup tanpa kepura-puraan untuk menyenangkan orang lain)
2. Arti ke unikan seorang anak (Memiliki ketertarikan tinggi terhadap Air dan Hukum-hukum Fisika)
3. Arti Kesabaran dan Ketelitian (dalam proses pengamatan dan uji coba hukum fisika)
4. Cara seorang anak belajar dengan keunikannya masing-masing (Experimental Free Style Learning)
5. Bagaimana seorang anak membangun Kepercayaan “Trust Building” pada orang lain yang ada disekitarnya.
6. Cara seorang anak menunjukkan potensi dasarnya yang terpendam melalui setiap gerakan tubuh dan pilihan-pilihan permainannya.
7. Membaca arti dalam setiap prilaku dan gerakan seorang anak berhubungan dengan kemampuan di bidang Sains Analisis.
8. Membaca Traumatic Effect terhadap kekeliruan kita dalam melakukan penanganan anak-anak yang Righ Brain Dominan.
9. Arti dan cara membangun Engagement serta Emotional Bonding melalui cara Visual Kinestetik, Melankolis.
10. Dan kemampuan-kemapuan lain yang berada diluar nalar orang-orang awam kebanyakan.
Sungguh Ada jauh lebih banyak lagi yang kami pelajari dari yang mampu kami tuliskan disini dari seorang guru kecil kami yang bernama Gangga.

Dan selama 4 hari kami benar-benar bersyukur pada Tuhan telah diberikan waktu dan kesempatan untuk lebih banyak menimba ilmu dan pelajaran dari sang guru kecil kami yang sungguh unik dan luar biasa ini.
Kami bergitu terharu ketika suatu ketika di pagi hari kami ingin berpamitan pulang kembali ke Jakarta, tiba-tiba saja Sang Guru kecil kami menitikkan Air Matanya menangis tanpa mengeluarkan suara...., dan kami semua-pun akhirnya tak kuasa untuk menahan haru. Dalam batin saya berujar “InsyaAllah ya Nak Ayah akan kembali lagi ke tempat ini untuk sesuatu yang lebih Besar, untuk mewujudkan sebuah mimpi besar kita bersama.”

Dan sebagai tindak lanjut kamipun bersepakat untuk melakukan sebuah LANGKAH TRANSFORMASI dengan membuat sebuah Sekolah yang bisa memetakan dan memekarkan seluruh potensi anak, agar generasi-generasi genius Indonesia bisa benar-benar tumbuh menjadi orang-orang luar biasa dan berkualitas dunia. Amiiiinnn.

Semoga Tuhan selalu menuntun dan membimbing setiap langkah kami untuk mewujudkan mimpi MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA dan Sekolahnya.
Let’s Make Indonesian Strong from Home !
Mari kita bangun Indonesia yang kuat dari Keluarga !
Kalau bukan kita mau berharap pada siapa lagi ?
Kalau bukan sekarang mau kapan lagi ?
Salam Syukur penuh berkah,
Ayah edy
Singaraja, Buleleng, Bali
April 2014

Dapatkan rekaman cd talkshow ayah edy secara gratis unduh on line di : www.ayahedy.tk

Sumber: FP Komunitas Ayah Edy