Rabu, 07 Januari 2009

Lebih Jauh Tentang Rasa Bosan

Apa sih sebenarnya rasa bosan itu? Apakah anda termasuk orang yang mudah bosan? Bagaimana mengukurnya?

Setiap orang pada suatu saat akan merasa mengalami kebosanan. Anak-anak bahkan lebih sering mengalaminya, karena mereka belum tahu bagaimana harus melawannya. Namun bayi dan anak kecil yang baru belajar jalan, jarang mengalaminya. Bayi menghabiskan banyak waktu untuk tidur dan menyusu.

Adapun anak kecil yang belajar jalan, hampir punya rasa ingin tahu yang tak terbatas untuk menjelajahi dunia yang masih baru bagi mereka. Walaupun begitu, anak-anak usia sekolah, berubah-ubah perhatiannya. Mereka bisa asyik dalam suatu aktivitas dalam semenit, menit berikutnya hilang ketertarikannya dan mengeluh merasa bosan.

Kebosanan pada orang dewasa seringkali merupakan suatu tanda kurangnya stimulasi intelektual. Dalam kasus yang tidak begitu banyak, orang yang berulang kali mengeluh bosan bisa jadi menderita suatu keadaan klinis semacam depresi.

DEFINISI BOSAN
Secara psikologi, rasa bosan didefinisikan oleh Fisher dalam istilah 'proses psikologis sentral'nya sebagai "suatu kondisi perasaan (afektif) yang tidak menyenangkan dan bersifat sementara, yang seseorang merasakan suatu kehilangan minat dan sulit konsentrasi terhadap aktivitas yang sedang dilakukannya." Leary dan yang lainnya mendefinisikannya secara sama, namun sedikit lebih ringkas, yaitu: suatu pengalaman afektif (berkaitan dengan perasaan0 yang berhubungan dengan proses-proses kognitif dalam hal perhatian." Definisi-definisi itu memperjelas bahwa rasa bosan muncul bukan karena tak ada sesutu untuk dikerjakan, tetapi karena ketidakmampuan untuk terikat dalam suatu aktivitas tertentu. Meskipun sering muncul hasrat yang amat dalam ke arahnya.

TERKAIT DENGAN DEPRESI
Ada tiga tipe umum kebosanan yang biasa muncul, semuanya berkaitan dengan masalah adanya perhatian. Jenis-jenis kebosanan itu meliputi waktu saat kita dicegah terlibat dalam sesuatu, ketika dipaksa terlibat dalam aktivitas yang tidak kita inginkan, atau ketika kita hanya tak mampu--tanpa alasan yang muncul-- untuk mempertahankan keterlibatan kita dalam suatu aktivitas atau pertunjukkan.

Salah satu konsep psikologis yang penting adalah kecenderungan bosan (boredom proneness); suatu kecenderungan untuk mengalami semua jenis rasa bosan. Konsep ini biasanya diukur dengan skala kecenderungan bosan (the Boredom Proneness Scale) . Selaras dengan definisi tersebut, penelitian-penelitian saat ini menemukan bahwa kecenderungan bosan secara jelas dan konsisten terkait dengan gangguan-gangguan perhatian. Rasa bosan dan kecenderungan bosan, keduanya secara teori dan kenyataan berhubungan dengan depresi dan gejala-gejalanya. Namun, kecenderungan bosan telah terbukti terkolerasi secara kuat dengan hilangnya perhatian, sebagaimana depresi.

RENTAN BOSANKAH ANDA?
Berikut ini skala kerentanan terhadap bosan (Boredom Susceptibility Scale). Gunanya untuk mengukur seberapa mudah anda mengalami kebosanan. Karena skala ini dibuat oleh psikolog barat, maka ada beberapa pertanyaan yang tidak syar'i. Tapi untuk menggantinya tidak bisa secara asal. Sehingga dengan terpaksa kuisioner ini diterjemahkan apa adanya.

___________________________________________________________________
1.
  • A. Beberapa film masih dapat saya nikmati, walaupun sudah saya tonton 2 atau bahkan 3 kali.
  • B. Saya tidak bisa tahan nonton film yang pernah saya tonton sebelumnya.
___________________________________________________________________
2.
  • A. Saya merasa bosan melihat wajah-wajah yang hanya itu-itu saja.
  • B. Saya senang terhadap keakraban teman-teman harian saya.
___________________________________________________________________
3.
  • A. Saya tidak suka terhadap orang yang melakukan atau mengatakan sesuatu hanya untuk mengejutkan atau ngerjain orang lain.
  • B. Ketika anda dapat menebak hampir segala sesuatu yang akan dilakukan atau dikatakakan orang tersebut, dia termasuk membosankan.
___________________________________________________________________
4.
  • A. Biasanya, saya tidak bisa menikmati film atau permainan yang dapat saya tebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
  • B. Saya tidak keberatan nonton suatu film atau permainan yang dapat saya tebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
___________________________________________________________________
5.
  • A. Nonton film atau VCD di rumah, saya menikmatinya.
  • B. Nonton film atau VCD di rumah orang lain sangat membuat saya bosan.
___________________________________________________________________
6.
  • A. Saya menyukai teman yang secara tak terduga membuat saya gembira.
  • B. Saya menyukai teman yang dapat dipercaya dan diduga.
___________________________________________________________________
7.
  • A. Saya dapat menikmati menghabiskan waktu di sekitar rumah saya.
  • B. Saya merasa sangat resah jika harus berada di sekitar rumah dalam jangka waktu tertentu.
___________________________________________________________________
8.
  • A. Hal terburuk secara sosial adalah berlaku tidak sopan.
  • B. Hal terburuk secara sosial adalah merasa bosan.
___________________________________________________________________
9.
  • A. Saya senang terhadap orang cerdik dan lucu, walaupun sesekali menggagnggu orang lain.
  • B. Saya tidak senang terhadap orang yang bersenang-senang dengan menyakiti perasaan orang lain.
___________________________________________________________________
10.
  • A. Saya tidak sabar berhadapan dengan orang yang menjengkelkan dan membosankan.
  • B. Saya menemukan sesuatu yang menarik hampir kepada siapa saja lawan bicara saya.
___________________________________________________________________


Nah, anda mau tahu seberapa mudah anda merasa bosan? Jika jawaban anda 1B, 2A, 3B, 4A, 5B, 6A, 7B, 8B, 9A dan 10A, maka itu menunjukkan respon bosan semua. Untuk itu, jika anda termasuk orang yang mudah bosan, apalagi bosan beribadah, maka anda harus segera mencari terapi. Dan yang paling mudah dan murah adalah membaca dan mempelajari Al-Qur'an. Sebab didalamnya selain berisi petunjuk juga obat bagi penyakit jiwa dan hati.

(sumber: Nikah vol.6 No. 9 Desember 2007)

Tidak ada komentar: